Paniai Raya merupakan wilayah Barat dari Pegunungan Tegah Papua. Sejak lama eksistensi pemuda dan mahasiswa Paniai raya sudah ada dan selalu muncul. Menonjolnya pemimpin pemuda dan mahasiswa Papua dari kalangan Pegunungan Tengah bukanlah perkembangan yang terpisah dari perubahan-perubahan di Papua. Tidak hanya gerakan mahasiswa pro-merdeka yang tumbuh, di sektor pendidikan dan politik formal, juga terjadi peningkatan partisipasi orang asli Papua asal Paniai raya, Pegunungan Tengah Papua. Perkembangan ini dapat dikaitkan dengan jumlah penduduk asli pegunungan yang paling besar di lingkungan penduduk asli Papua. Sebagian besar dari mereka masih miskin tetapi memiliki daya juang paling tinggi. Mereka sejak akhir 1980-an bermigrasi ke kota-kota di Tanah Papua, misalnya ke Jayapura, Timika, Nabire, dan lain-lain. Banyak dari mereka kemudian meningkatkan kualitas pendidikannya. Tidak hanya kuliah di Jayapura dan Manokwari, tetapi juga di luar Tanah Papua seperti Manado, Makassar, Semarang, Jakarta, Yogyakarta, dan lain-lain. Secara umum, memang sedang terjadi kebangkitan orang asli Papua asal pegunungan, apalagi pada lima hingga sepuluh tahun mendatang.
Paniai Raya merupakan daerah jantung dari Pulau papua karena letaknya yang sangat strategis.
Saya Sebagai generasi Muda Paniai Raya melihat sejak tahun 1969 (Pepera) hingga kini daerah kita selalu terjadi konflik. konflik Papua dapat dikelompokkan dalam empat isu. Pertama, masalah marjinalisasi dan efek diskriminatif terhadap orang asli Papua akibat pembangunan ekonomi, konflik politik, dan migrasi massal ke Papua sejak 1970. Untuk menjawab masalah ini, kebijakan afirmatif rekognisi perlu dikembangkan untuk pemberdayaan orang asli Papua. Isu kedua adalah kegagalan pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk itu diperlukan semacam paradigma baru pembangunan yang berfokus pada perbaikan pelayanan publik demi kesejahteraan orang asli Papua di kampung-kampung. Masalah utama ketiga adalah adanya kontradiksi sejarah dan konstruksi identitas politik antara Papua dan Jakarta. Masalah ini hanya bisa diselesaikan dengan dialog seperti yang sudah dilakukan untuk Aceh.Isu keempat adalah pertanggung-jawaban atas kekerasan negara di masa lalu terhadap warga negara Indonesia di Papua. Untuk itu, jalan rekonsiliasi di antara pengadilan hak asasi manusia (HAM) dan pengungkapan kebenaran adalah pilihan-pilihan untuk penegakkan hukum dan keadilan bagi Papua, terutama korban, keluarganya, dan warga Indonesia di Papua secara umum.
Paniai Raya selalu terjadi sejumlah insiden kemanusiaan, mulai dari penembakan,pemerkosaan, teror, wabah, sampai soal sosial budaya lainnya. Namun suara kalangan Muda sebagai tulang punggung masyarakat Paniai Raya terbungkam hingga kini.
Terbungkamnya suara generasi muda Paniai Raya ini selain karena faktor lain juga terjadi karena aspirasi Pemuda Paniai Raya "TERLALU MEMPERCAYAI AMPTPI". Padahal belakangan kinerja wadah yang mengatasnamakan seluruh Pemuda dan Mahasiswa Papua di pegunungan tengah selalu diam. Bahkan terkesan terlalu dominan bermain di tataran politik praktis. Kondisi ini terutama para pengurus AMPTPI.
Melihat Fenomena ini tentunya seluruih warga Paniai Raya yang selalu menjadi korban sangat mengharapkan peran serta dari Para Pemuda dan Mahasiswa yang berasal dari "PANIAI RAYA" untuk ikut bersuara dalam konflik yang terus dan terus terjadi di Paniai Raya, pegunungan tengah, bahkan Papua.
Rasanya batin ini tertekan dan merasa berdosa saya sebagai generasi muda yang berpendidikan namun belum maksimal membantu masyarakat kita yang menderita.
Untuk itu kedepan perlu dari semua generasi Muda Paniai Raya mendiskusikan secara mendalam kondisi ini.
Pertanyaan Kristis adalah" Apa yang kita bisa buat untuk Masyarakat Paniai Raya sebagai generasi Muda (Pemuda dan Mahasiswa) sebagi kaum intelektual?
Salam
Paniai Raya merupakan daerah jantung dari Pulau papua karena letaknya yang sangat strategis.
Saya Sebagai generasi Muda Paniai Raya melihat sejak tahun 1969 (Pepera) hingga kini daerah kita selalu terjadi konflik. konflik Papua dapat dikelompokkan dalam empat isu. Pertama, masalah marjinalisasi dan efek diskriminatif terhadap orang asli Papua akibat pembangunan ekonomi, konflik politik, dan migrasi massal ke Papua sejak 1970. Untuk menjawab masalah ini, kebijakan afirmatif rekognisi perlu dikembangkan untuk pemberdayaan orang asli Papua. Isu kedua adalah kegagalan pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk itu diperlukan semacam paradigma baru pembangunan yang berfokus pada perbaikan pelayanan publik demi kesejahteraan orang asli Papua di kampung-kampung. Masalah utama ketiga adalah adanya kontradiksi sejarah dan konstruksi identitas politik antara Papua dan Jakarta. Masalah ini hanya bisa diselesaikan dengan dialog seperti yang sudah dilakukan untuk Aceh.Isu keempat adalah pertanggung-jawaban atas kekerasan negara di masa lalu terhadap warga negara Indonesia di Papua. Untuk itu, jalan rekonsiliasi di antara pengadilan hak asasi manusia (HAM) dan pengungkapan kebenaran adalah pilihan-pilihan untuk penegakkan hukum dan keadilan bagi Papua, terutama korban, keluarganya, dan warga Indonesia di Papua secara umum.
Paniai Raya selalu terjadi sejumlah insiden kemanusiaan, mulai dari penembakan,pemerkosaan, teror, wabah, sampai soal sosial budaya lainnya. Namun suara kalangan Muda sebagai tulang punggung masyarakat Paniai Raya terbungkam hingga kini.
Terbungkamnya suara generasi muda Paniai Raya ini selain karena faktor lain juga terjadi karena aspirasi Pemuda Paniai Raya "TERLALU MEMPERCAYAI AMPTPI". Padahal belakangan kinerja wadah yang mengatasnamakan seluruh Pemuda dan Mahasiswa Papua di pegunungan tengah selalu diam. Bahkan terkesan terlalu dominan bermain di tataran politik praktis. Kondisi ini terutama para pengurus AMPTPI.
Melihat Fenomena ini tentunya seluruih warga Paniai Raya yang selalu menjadi korban sangat mengharapkan peran serta dari Para Pemuda dan Mahasiswa yang berasal dari "PANIAI RAYA" untuk ikut bersuara dalam konflik yang terus dan terus terjadi di Paniai Raya, pegunungan tengah, bahkan Papua.
Rasanya batin ini tertekan dan merasa berdosa saya sebagai generasi muda yang berpendidikan namun belum maksimal membantu masyarakat kita yang menderita.
Untuk itu kedepan perlu dari semua generasi Muda Paniai Raya mendiskusikan secara mendalam kondisi ini.
Pertanyaan Kristis adalah" Apa yang kita bisa buat untuk Masyarakat Paniai Raya sebagai generasi Muda (Pemuda dan Mahasiswa) sebagi kaum intelektual?
Salam
Comments :
0 komentar to “ACUHAN BAGI MAHASISWA PANIAI RAYA”
Posting Komentar
Thanks for your comment: